Selasa, 23 November 2010

Waspada Sindrom Baby Blues

Jika Anda seorang ibu muda yang sedang memutuskan untuk segera memiliki buah hati atau sudah mengandung dan akan segera melahirkan anak pertama, sebaiknya Anda sudah mengetahui apa itu sindrom baby blues dan hal-hal apa yang harus dilakukan untuk pencegahannya. Sindrom baby blues adalah depresi pasca melahirkan yang dialami oleh 50% - 80% ibu muda yang baru saja melahirkan anak pertamanya. Sindrom ini biasanya dialami di masa tiga hari sampai 14 hari setelah persalinan dan dapat terjadi dikarenakan hormon-hormon dalam tubuh mengalami perubahan besar, yang juga diikuti perubahan fisik setelah melahirkan. Nitrat dalam jumlah besar masuk ke tubuh bayi yang dikandung ibu. Kelebihan nitrat -yang biasa terdapat dalam garam- dalam tubuh akan direduksi menjadi nitrit dan bereaksi langsung dengan hemoglobin dalam darah membentuk metheglobin, yang dapat menghambat pengiriman oksigen dalam darah. Kekurangan oksigen ini juga berpengaruh ke seluruh organ, yang berdampak pada gangguan kejiwaan.
Gejala baby blues diantaranya adalah:
• Merasa sedih dan depresi disertai menangis tanpa sebab.
• Mudah kesal, gampang tersinggung, dan tidak sabaran.
• Tidak memiliki tenaga atau mudah lelah.
• Cemas, merasa bersalah, dan merasa tidak berharga.
• Menjadi tidak tertarik kepada bayi atau menjadi terlalu memperhatikan dan khawatir terhadap bayinya.
• Tidak percaya diri.
• Sulit beristirahat dengan tenang.
• Mengalami peningkatan berat badan yang disertai makan berlebihan.
• Mengalami penurunan berat badan yang disertai tak mau makan.
• Merasa takut bisa menyakiti diri sendiri atau bayinya.
Sindrom baby blues bisa dicegah sejak awal masa kehamilan. Sebaiknya sang calon ibu sudah paham mengenai kehamilan dan anak. Pemahaman ini bisa diperoleh dari keluarga, bahan bacaan, atau dokter kandungan tempat si ibu berkonsultasi. Namun, jika sudah terkena sindrom ini ambilah waktu untuk diri sendiri dan carilah kesenangan. Banyak beristirahat dan biarkan sang suami atau keluarga membantu kegiatan rumah tangga serta mengurus si kecil sementara waktu. Berkomunikasi dengan suami juga merupakan hal penting karena hubungan biasanya merenggang saat sindrom ini muncul. Jangan lupa juga membaca buku atau majalah dan berbincang dengan saudara atau teman dekat mengenai hal ini.
Bagaimana dengan pria? Mereka juga dapat mengalami sindrom baby blues karena depresi saat kehadiran bayi di kehidupan mereka. Hal ini juga dapat menyerang calon ayah yang masih belum paham betul tentang anak dan kehamilan istrinya. Ciri-ciri baby blues pada si ayah, yaitu cenderung lebih sensitif, dan gampang marah karena emosi. Kelakuan si ayah ini akan lebih berpengaruh negatif terhadap bayi.
Walaupun berpeluang besar terjadi, sindrom baby blues akan “sembuh” dengan sendirinya. Tentu saja dukungan moral dan lingkungan akan sangat membantu mempercepat pemulihannya. Namun, jika tidak ditangani dengan baik gejala ini bisa meningkat menjadi postpartum depression syndrome. Peningkatan ini dapat menyebabkan si ibu membuang dan membunuh bayinya bahkan ada pula yang membunuh dirinya sendiri. Kalau sudah begini, si ibu harus ditangani oleh dokter jiwa.
(Oleh: Yohanna Reisya)

Sumber:
MBM Tempo edisi 4-10 Oktober 2010
http://dessycherryponie.blogspot.com/2010/02/sindrom-baby-blues.html
http://www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2010/05/19/brk,20100519-248874,id.html
http://umisyifa.wordpress.com/2008/12/15/baby-blues-syndrome/

0 komentar:

Posting Komentar